Naki Sumo, tradisi unik Jepang yang mendapat sorotan dunia, memang menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Acara ini merupakan ritual tahunan yang dilakukan di berbagai kuil di Jepang, di mana bayi-bayi dipertandingkan untuk melihat siapa yang bisa menangis lebih lama.
Menurut sejarahnya, Naki Sumo sudah ada sejak zaman Edo (1603-1868) dan dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kesehatan bagi bayi yang ikut serta. Meskipun terdengar kontroversial bagi sebagian orang, banyak pendukung acara ini yang meyakini bahwa Naki Sumo memiliki nilai budaya dan tradisi yang perlu dilestarikan.
Menurut Profesor Hiroshi Osaki, seorang ahli antropologi dari Universitas Tokyo, “Naki Sumo merupakan bagian dari warisan budaya Jepang yang unik. Meskipun terdengar aneh bagi orang luar, acara ini memiliki makna dan nilai yang dalam bagi masyarakat Jepang.”
Tak heran jika Naki Sumo kini semakin mendapat perhatian dari dunia internasional. Banyak media asing yang meliput acara ini dan menyoroti kontroversi di balik tradisi unik Jepang tersebut. Menurut seorang jurnalis dari BBC, “Naki Sumo merupakan salah satu contoh dari keberagaman budaya di dunia yang patut dihargai dan dipelajari.”
Namun, tidak semua orang setuju dengan keberadaan Naki Sumo. Beberapa aktivis hak anak menganggap acara ini sebagai bentuk pelecehan terhadap bayi dan menuntut agar tradisi ini dihentikan. Namun, bagi sebagian penduduk Jepang, Naki Sumo tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.
Dalam wawancara dengan seorang ibu yang mengikuti Naki Sumo, dia mengatakan, “Saya percaya bahwa acara ini membawa keberuntungan bagi anak saya. Saya yakin bahwa Naki Sumo adalah bagian dari tradisi kami yang harus dijaga dengan baik.”
Dengan segala kontroversi dan perdebatan yang mengiringi, Naki Sumo tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jepang. Sebagai masyarakat global, penting bagi kita untuk menghormati dan memahami keberagaman budaya di dunia, termasuk tradisi unik seperti Naki Sumo.