Fenomena kontes menangis bayi Naki Sumo sedang menjadi sorotan publik belakangan ini. Banyak yang penasaran, apa yang membuat kontes ini begitu menarik? Apakah hanya sekedar ajang hiburan semata, atau ada pesan dan makna yang lebih dalam di baliknya?
Kontes menangis bayi Naki Sumo pertama kali diperkenalkan di Jepang dan kini mulai populer di beberapa negara lain, termasuk Indonesia. Dalam kontes ini, bayi-bayi yang masih berusia di bawah satu tahun akan diletakkan berhadapan satu sama lain, dan dihadapkan dengan suara-suara yang menakutkan atau lucu untuk membuat mereka menangis. Bayi yang menangis dengan volume suara terbesar akan menjadi pemenangnya.
Menariknya, kontes ini sebenarnya memiliki latar belakang budaya yang cukup dalam di Jepang. Menurut Profesor Takeshi Takada dari Universitas Tokyo, “Tradisi Naki Sumo sebenarnya berasal dari keyakinan bahwa membuat bayi menangis dapat membawa keberuntungan dan kesehatan bagi mereka.”
Namun, tidak semua orang setuju dengan kontes menangis bayi Naki Sumo ini. Psikolog anak, Dr. Maria Santoso, mengatakan bahwa “Menghadapkan bayi pada situasi yang menakutkan atau mengganggu dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional mereka.”
Meskipun demikian, kontes menangis bayi Naki Sumo tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. “Saya merasa kontes ini mengajarkan kita untuk tidak takut mengekspresikan emosi kita. Apapun yang terjadi, menangis merupakan cara alami untuk mengeluarkan perasaan,” kata seorang penggemar kontes tersebut.
Jadi, apa pendapat Anda tentang fenomena kontes menangis bayi Naki Sumo? Apakah Anda tertarik untuk menontonnya atau justru merasa tidak setuju dengan konsepnya? Yang jelas, kontroversi seputar kontes ini terus berlangsung, dan kita harus bijak dalam membentuk opini kita tentang hal tersebut.