Mengapa Kontes Menangis Bayi Naki Sumo Menjadi Kontroversial?


Kontes Menangis Bayi Naki Sumo telah menjadi topik kontroversial belakangan ini. Banyak orang bertanya-tanya, mengapa kontes ini bisa menimbulkan polemik yang begitu besar?

Pertama-tama, mari kita bahas mengapa kontes ini disebut “Kontes Menangis Bayi Naki Sumo”. Naki Sumo sendiri adalah tradisi Jepang yang dilakukan setiap tahun di kuil Sensoji, Tokyo. Dalam tradisi ini, bayi-bayi yang berusia sekitar satu tahun dipertemukan untuk berkompetisi menangis. Orang tua bayi yang bisa membuat bayinya menangis dengan suara paling keras dianggap sebagai pemenang.

Salah satu alasan mengapa kontes ini menuai kontroversi adalah karena dianggap tidak etis dan merugikan bagi perkembangan emosional bayi. Menurut Dr. Linda Acredolo, seorang ahli perkembangan anak dari Universitas California, “Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan dunia. Mengadakan kontes menangis bayi hanya akan membuat bayi merasa tidak aman dan tidak dicintai.”

Tak hanya itu, beberapa aktivis hak anak juga mengecam kontes ini karena dianggap mengeksploitasi anak-anak demi kepentingan hiburan semata. Menurut UNICEF, “Anak-anak seharusnya dilindungi dan dihormati, bukan dijadikan objek lelucon atau hiburan.”

Namun, di sisi lain, ada juga pendukung kontes ini yang berpendapat bahwa ini hanyalah tradisi budaya yang sudah ada sejak lama dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Seorang peserta kontes menangis bayi mengatakan, “Kami tidak bermaksud menyakiti atau merugikan anak-anak kami. Ini hanya sekadar tradisi yang ingin kami lestarikan.”

Tetapi, apakah tradisi harus dijadikan alasan untuk melanggar hak-hak anak? Kontroversi ini masih terus berlanjut, dan mungkin saja akan ada perubahan kebijakan di masa depan terkait kontes menangis bayi Naki Sumo. Yang pasti, perlu adanya diskusi yang lebih mendalam dan pemikiran yang bijak dalam menangani masalah ini. Semoga kedepannya, kepentingan dan kesejahteraan anak-anak akan selalu menjadi prioritas utama.