Pesona dan Keunikan Naki Sumo 2023 di Indonesia


Pesona dan keunikan Naki Sumo 2023 di Indonesia memang menjadi sorotan para penggemar olahraga tradisional Jepang. Naki Sumo, atau yang dikenal juga sebagai “Festival Menangis Bayi”, merupakan ajang unik di mana bayi-bayi dipertandingkan untuk melihat siapa yang bisa membuat mereka menangis terlebih dahulu. Acara ini dipercaya sebagai tradisi yang dapat membersihkan dosa dan membawa keberuntungan bagi bayi yang ikut serta.

Menurut Bambang Suryo, seorang pakar budaya Jepang di Indonesia, keunikan Naki Sumo tidak hanya terletak pada konsepnya yang unik, tetapi juga pada nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh oleh masyarakat Jepang dalam menjalankan acara ini. “Naki Sumo bukan hanya sekedar ajang pertandingan, tetapi juga merupakan bagian dari warisan budaya Jepang yang harus dilestarikan,” ujarnya.

Tak heran jika Pesona Naki Sumo mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini juga disampaikan oleh Dian Novita, seorang travel blogger yang pernah mengikuti acara Naki Sumo di Jepang. “Saat melihat bayi-bayi yang lucu dan menggemaskan berpartisipasi dalam acara ini, saya merasa terpesona dan terharu sekaligus. Ini benar-benar pengalaman yang tak terlupakan,” ungkapnya.

Di Indonesia, acara Naki Sumo juga telah menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Ani Susanti, seorang penggiat seni dan budaya lokal, penyelenggaraan Naki Sumo di Indonesia dapat menjadi ajang promosi budaya Jepang sekaligus memperkenalkan tradisi-tradisi unik yang dimiliki oleh negara tersebut. “Dengan menghadirkan acara Naki Sumo di Indonesia, kita juga dapat memperluas wawasan masyarakat tentang keberagaman budaya di dunia,” tuturnya.

Momen Pesona dan Keunikan Naki Sumo 2023 di Indonesia memang menjadi pembuktian bahwa tradisi-tradisi kuno masih memiliki daya tarik tersendiri di tengah arus modernisasi yang kian berkembang pesat. Dengan tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, kita dapat terus merayakan keberagaman warisan leluhur yang telah turun-temurun. Hal ini sejalan dengan pesan dari Soejatmoko, seorang ahli antropologi budaya, yang menyatakan bahwa “Merawat tradisi adalah cara kita untuk menghargai dan menghormati nenek moyang kita.”